Opini

Strategi Mengurangi Impor Susu Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan Kondisi Geografis di Indonesia

Susu merupakan produk hasil ternak yang keluar melalui ambing ternak perah baik sapi
atau kambing. Susu diberikan kepada anak ternak oleh induk sebagai sumber pakan utama
ketika baru lahir, namun kelebihan susu tersebut dapat digunakan sebagai pangan bagi manusia.
Tujuan manusia mengonsumsi susu adalah untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan tubuh.
Susu memiliki kandungan gizi yang baik seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.
Keseimbangan gizi pada susu membuat susu menjadi sebuah pilihan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Kebutuhan akan susu menjadi sebuah alasan
dimana produksi susu oleh ternak dapat menjadi sumber mata pencaharian bagi peternak lokal.
Peternak di Boyolali melakukan sebuah aksi membuang susu segar karena pasokan susu
yang tidak terserap di Industri Pengolahan Susu (IPS). Penyebab aksi membuang susu di
Boyolali adalah adanya pembatasan jumlah kuota susu yang masuk ke IPS. Kuota susu yang
masuk ke IPS dari koperasi KUD Mojosongo mengalami penurunan dari 23.000 liter menjadi
15.000 liter. Industri susu di Indonesia memilih untuk melakukan pembatasan pada produksi
susu lokal karena susu belum memenuhi standar kualitas dan mengandung bahan yang tidak
aman dikonsumsi. Hal tersebut merupakan tantangan bagi peternak lokal dalam melakukan
perbaikan pemeliharaan ternak perah. Pembatasan kuota susu oleh IPS menyebabkan
penurunan dan kerugian ekonomi bagi peternak lokal. Susu yang tidak diterima oleh pihak
Industri dibuang oleh peternak sehingga dilakukan aksi membuang susu karena susu tidak
termasuk produk yang tahan lama. Kualitas susu yang kurang baik dengan adanya campuran
bahan lain merupakan sebuah tantangan bagi peternak lokal dalam melakukan manajemen
pemeliharaan yang baik. Susu yang didapati memiliki campuran bahan lain akan ditolak oleh
pihak koperasi dan IPS karena tidak memenuhi standar kualitas susu. Penambahan bahan lain
oleh peternak lokal disebabkan oleh rendahnya kualitas susu yang dihasilkan seperti produksi
susu yang sedikit. Air dapat ditambahkan sebagai campuran pada susu sehingga dapat
meningkatkan jumlah susu, namun hal tersebut membuat susu akan ditolak oleh Industri
Pengolahan Susu (IPS). Peternak melakukan hal tersebut untuk menutupi rendahnya produksi
susu yang dihasilkan sehingga berdampak pada penolakan dan pembatasan jumlah kuota susu
oleh IPS. Kualitas susu lokal yang cukup memprihatinkan menyebabkan adanya
ketergantungan terhadap produk susu impor dari Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Ketergantungan terhadap produk impor masih menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia

sulit untuk melakukan swasembada susu. Program pemerintah yang mendukung dalam
peningkatan produksi susu lokal di Indonesia adalah program makan siang dan susu gratis.
Program makan siang dan susu gratis merupakan salah satu program unggulan yang
diadakan oleh presiden pada tahun 2025-2029. Program tersebut telah dilaksanakan dan
diberikan kepada 5.142 siswa di 36 SD/MI di Banyumas. Susu yang diberikan merupakan susu
murni atau susu yang telah dipasteurisasi tanpa ada penambahan bahan apapun. Program
tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian peternak sapi perah lokal. Hal tersebut
sedikit berbanding terbalik dengan fakta bahwa 80% kebutuhan susu di Indonesia masih impor.
Solusi yang diberikan kepada pemerintah terhadap fakta tersebut adalah impor sapi perah
sebanyak 1 juta ekor dalam kurun waktu 5 tahun. Impor 1 juta ekor sapi merupakan sebuah
tantangan bagi peternak lokal baik pada manajemen atau pemberian pakan. Manajemen
peternakan yang ada di Indonesia masih menggunakan metode tradisional tanpa ada campur
tangan teknologi. Peternak perlu diberikan penyuluhan terkait bagaimana manajemen ternak
perah yang baik sehingga mendapatkan susu dengan produksi tinggi. Pemberian pakan sapi
oleh beberapa peternak lokal dengan cara memberikan pakan seadanya karena mahalnya
konsentrat dan keterbatasan lahan yang ada di Indonesia. Lahan persawahan dan perkebunan
menjadi semakin sedikit dan menjadi sebuah hal yang sulit untuk mengembangkan sektor
peternakan sapi perah. Sapi perah membutuhkan pakan berupa hijauan untuk meningkatkan
produksi susu, namun karena sempitnya lahan yang ada di Indonesia menyebabkan kebutuhan
pakan hijauan sapi perah tidak terpenuhi. Hal tersebut merupakan beberapa alasan yang
menyebabkan program untuk impor 1 juta ekor sapi perah di Indonesia menjadi sebuah hal yang
sulit bagi peternak.
Masalah rendahnya produksi dan kualitas susu dapat diatasi dengan perbaikan
manajemen ternak oleh peternak lokal. Impor 1 juta ekor sapi merupakan hal yang mustahil
untuk dilakukan, tetapi dapat diatasi. Seluruh sektor perekonomian di Indonesia masih berpusat
di Pulau Jawa. Sapi yang diimpor tidak hanya dipelihara di Pulau Jawa melainkan dipelihara di
pulau lain yang ada di Indonesia. Pemeliharaan yang masih berpusat di Jawa tidak akan
mencukupi seluruh kebutuhan ternak. Lahan yang sedikit merupakan masalah utama dalam
pemeliharaan ternak karena pakan merupakan hal paling utama dalam pemeliharaan. Lahan
sedikit tidak akan dapat memenuhi kebutuhan 1 juta ekor sapi impor. Pemeliharaan secara
merata di berbagai pulau merupakan solusi terbaik dalam proses pengembangan program
swasembada susu atau susu gratis. Lahan di luar Pulau Jawa masih cukup banyak karena belum
memiliki banyak penduduk sehingga dapat dilakukan pemeliharaan intensif di luar Jawa.
Ternak perah merupakan ternak yang lebih baik dipelihara dalam kondisi iklim bersuhu rendah.
Hal tersebut dapat didukung dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak gunung

di beberapa pulau dimana Indonesia memiliki 127 pegunungan aktif dan 500 gunung yang tidak
aktif. Penempatan atau pembangunan peternakan di wilayah kaki gunung atau bersuhu rendah
akan mengatasi salah satu masalah iklim tropis yang menyebabkan rendahnya produksi susu di
Indonesia. Pulau Sumatera atau Kalimantan belum memiliki banyak populasi manusia sehingga
dapat digunakan sebagai sektor peternakan sapi perah dibandingkan Pulau Jawa. Permasalahan
yang perlu di atasi selanjutnya adalah pemeliharaan dan pemberian pakan agar dapat
meningkatkan produksi susu lokal. Pakan hijauan diberikan lebih banyak dibandingkan
konsentrat sehingga lahan yang luas di Luar Jawa dapat menunjang pemberian pakan hijauan.
Harga konsentrat yang mahal dapat digantikan dengan pakan alternatif lain yang mudah
didapatkan oleh peternak lokal baik berasal dari limbah atau hal lain seperti limbah kulit coklat
atau limbah kelapa sawit yang banyak ditemukan di Kalimantan. Pemeliharaan secara merata
membuat sebuah tantangan baru yaitu pengiriman susu ke berbagai pulau di Indonesia. Proses
pengiriman susu dapat menggunakan kapal, namun akan menjadi lebih lama dan susu dapat
basi. Metode yang dapat digunakan agar pengiriman susu menjadi tidak basi yaitu dapat
dilakukan dengan pendinginan susu atau pengolahan susu. Pengolahan susu yang dapat
diaplikasikan yaitu menjadikan susu berbentuk bubuk atau diolah menjadi bentuk kemasan.
Tujuan pengolahan dan pengemasan susu adalah memperpanjang masa simpan dan
mempertahankan kualitas susu. Proses pengolahan susu dapat menjadi salah satu hal yang
menekan produk impor masuk ke Indonesia. Pengolahan dan pengemasan yang baik dapat
dijadikan sebuah merk susu lokal yang akan meningkatkan pendapatan baik peternak atau
industri. Susu yang telah diolah, dikemas, dan dikirim ke berbagai pulau akan menjadi sebuah
branding bagi merk susu lokal. Hal tersebut dapat mengurangi angka impor susu yang semula
80% menjadi berkurang karena adanya perbaikan kualitas susu menjadi lebih baik dan aman
dikonsumsi.
Pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak perlu diperbaiki dari manajemen
pemeliharaan. Lahan yang sedikit tidak mampu mencukupi kebutuhan ternak sapi perah karena
produksi susu dipengaruhi oleh hijauan. Hal yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah
pemeliharaan secara merata di berbagai Pulau hingga luar Jawa. Proses pengiriman dilakukan
dalam bentuk susu yang telah dikemas sehingga kandungan gizi tetap terjaga. Peningkatan
produksi susu lokal dan pengenalan brand susu lokal dapat dicapai dengan program tersebut
sehingga kebutuhan impor dapat ditekan karena produksi dan pengolahan susu di Indonesia
yang sudah membaik.

Penulis: Damar Budi Santosa
Editor: Ardian/Hus

Leave a Reply

Your email address will not be published.