Opini

Ramai Tagar #KaburAjaDulu: Bentuk Kekecewaan Terhadap Negara?

Tagar #KaburAjaDulu belakangan ini menjadi ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, seperti X dan TikTok. Kemunculan tagar tersebut menjadi bentuk kekecewaan masyarakat Indonesia terutama dalam hal pendidikan dan lapangan pekerjaan. Tagar tersebut berisi adanya ajakan untuk pindah ke negara lain dengan anggapan untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. Dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2024 sebesar 4,91 persen atau sekitar 7,47 juta orang menganggur.


Fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya hilangnya kepercayaan masyarakat pada dunia politik, kesenjangan sosial, kualitas pendidikan, lapangan pekerjaaan yang kian menghilang, hingga ketidakpuasan hukum. Data dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham tahun 2024 menunjukkan bahwa antara 2019 hingga 2022, ada 3.912 WNI yang memilih untuk beralih menjadi warga negara Singapura atau sekitar 5% dari total penduduk Singapura.


Misalnya @Dis**Wa** dan @petr**Ba*** dalam akun X-nya yang mengunggah ujaran “Alesan gue #KaburAjaDulu adalah sebagai tenaga kreatif/desainer dibayar minimum tapi kerja harus maksimal” dan “Kalo lo ga punya banyak attachment di negeri ini, please do really consider #KaburAjaDulu” , serta masih banyak ujaran lainnya.

Gambar: Paspor Negara Indonesia


Rendahnya upah/gaji dalam negeri juga menjadi salah satu faktor banyaknya generasi muda yang ingin pindah ke luar negeri. Data dari BPS pada Agustus 2024 menyatakan bahwa menurut kelompok umur, rata-rata upah buruh tertinggi sebesar 3,93 juta rupiah pada kelompok umur 55-59 tahun, sedangkan terendah sebesar 1,90 juta rupiah pada kelompok umur 15-19 tahun.


Sejumlah Gen Z yang merupakan usia produktif banyak mencari informasi terkait beasiswa pendidikan agar dapat belajar ke luar negeri. Banyak warganet saling berbagi informasi terkait cara memperoleh beasiswa pendidikan ke luar negeri dan diskusi bagaimana langkah-langkah untuk menjadi diaspora.

Penulis : Lusi/Hus
Editor : Dwi/Hus

Leave a Reply

Your email address will not be published.