Purwokerto (3/5), mediahusbandry.com- Momentum Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional dijadikan ajang protes terhadap kebijakan pemerintah terkait dengan ketidaksesuaian upah yang diterima dan porsi pekerjaan yang dilakukan buruh, selain itu, isu pendidikan juga diangkat dalam aksi ini. Aksi yang diikuti oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNWIKU, BEM AMIKOM, BEM IT TELKOM, BEM KM UMP, BEM FAI UMP, IMM Banyumas, GMNI Purwokerto, FMN Purwokerto, BEM FH UMP, BEM UNSOED, dan IMM Purwokerto dilaksanakan pada (3/5) di bagian selatan Alun-Alun Purwokerto. Massa aksi berkumpul di UIN SAIZU pada pukul 13.15 WIB dan sampai di lokasi aksi pada pukul 15.00 WIB.
Diadakannya aksi ini memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah untuk menyuarakan isu-isu terkait dengan pendidikan dan buruh. “Tujuan dari aksi ini yang utama adalah kita meningkatkan atensi, baik dari diri kita pribadi tentang isu-isu yang ada di sekitar pendidikan dan keburuhan, yang kedua kita memberikan atensi pada masyarakat bahwa ada berbagai isu yang perlu diselesaikan ada berbagai persoalan yang perlu dicari solusinya, juga kita memancing atensi dari Pemerintah Banyumas untuk bersama-sama dengan masyarakat dan mahasiswa untuk memecahkan persoalan terkait persoalan pendidikan maupun dari aspek keburuhan,” jelas Muhammad Hafiz Baihaqi dari BEM Unsoed. Massa aksi yang datang bisa terbilang sedikit, karena dari masing-masing Universitas hanya diminta mengirmkan beberapa orang. “Aksi massa itu paling sekitar 200-300 kurang lebihnya, karena berorgan (organisasi) itu kita membawa sekitar 20 (orang) ada sekitar 15 organ (organisasi) sekitar segitu lah,” jelas Fiki Abdul Rofik selaku Wakil Presiden BEM UIN SAIZU. Aksi dimulai dengan persiapan lokasi berupa penataan tempat untuk berkumpulnya setiap BEM se-Banyumas dan Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (ORMEK). Setelah itu, aksi dilanjutkan dengan penyampaian orasi oleh DEMA UIN SAIZU pada pukul 15.50 WIB, dalam orasinya, perwakilan DEMA UIN SAIZU menyampaikan bahwa seharusnya mahasiswa menjadi agent of change, yaitu sebagai garda terdepan untuk menyuarakan sekaligus peka terhadap isu-isu yang sedang terjadi atau yang pernah terjadi, tetapi belum terselesaikan.
Sebagai mahasiswa yang ikut dalam aksi mimbar bebas, tentu akan mendapatkan manfaat secara langsung maupun tidak langsung. “Secara umum kita dapati bahwa manfaat dari aksi ini adalah kita bisa menciptakan satu ingatan kolektif, yang mana ini menjadi penting jadi motivasi kita walaupun tadi kita tidak melihat ada tuntutan konkret ataupun sampai kita meminta bupati keluar dan sebagainya, tapi kita di sini manfaatnya adalah kita punya sense of bagaimana kita bisa memecahkan isu-isu itu, baik isu-isu perburuhan maupun isu-isu pendidikan yang sebenarnya lekat di sekitar kita sebagai mahasiswa. Jadi, kita berusaha untuk istilahnya me-rethinking, kalau kata bahasa Bung Karno mengingat kembali gitu, bahwa ada berbagai persoalan yang belum dapat terselesaikan dan itu implikasinya adalah tentang bagaimana gerakan mahasiswa itu bisa konsisten dan konsekuen terhadap menjadi agent of change dari berbagai persoalan yang sekiranya mungkin perlu diubah, perlu direformasi dan ataupun perlu kita gaungkan terus sebagai bentuk konsistensi dan bentuk konsolidasi yang erat baik lingkaran mahasiswa secara khusus maupun masyarakat yang ada di Banyumas secara umum,” tutur Hafiz.
Orasi yang disampaikan tidak hanya berupa pidato menyuarakan isu-isu Hari Buruh dan Hari Pendidikan. Namun, terdapat orasi yang dikemas dalam bentuk puisi dan dibacakan oleh Tina Trisnawati selaku Presiden BEM AMIKOM pada pukul 15.46 WIB. “Kami tumbuh untuk Indonesia, /Kami hidup untuk Indonesia, /Kami berdiri untuk Indonesia, /Dan kami mati untuk Indonesia”. Setelah pembacaan puisi selesai, orasi dilanjut oleh BEM TELKOM Purwokerto. Upah buruh di Indonesia perlu untuk dinaikkan dan pendidikan gratis perlu untuk diterapkan agar semua kalangan anak Indonesia dapat merasakan pendidikan yang layak. “Kami mengharapkan kepada pemerintah agar upah buruh dinaikkan, apalagi dengan UU Ciptaker ini Undang-Undang Nomor 6 tahun 2023, apakah buruh ini dieksploitasi? kami harapkan semua elemen mahasiswa dan masyarakat ikut menyuarakan akan Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional ini,” jelas Dava Ardana selaku perwakilan dari BEM TELKOM Purwokerto.
Dalam sela-sela kegiatan, massa aksi menyayikan lagu Indonesia Raya sebagai perwujudan rasa cinta tanah air Indonesia. Tidak ada hasil dalam aksi Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional, karena dalam aksi tersebut berupa mimbar bebas. “Tujuan memang tidak ada tujuan konkret di sini ya, tujuan konkretnya ya cabut UU Ciptaker, kemudian berikan akses pendidikan gratis, dan tingkatkan UMR Banyumas itu tujuan utamanya. Tapi, di sini kita lebih ke memancing teman-teman mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah peka terhadap 3 isu ini, itu capainnya seperti itu. Jadi bukan capaian konkret yang betul-betul dicabut atau betul-betul kita harus menemui pemerintah Banyumas, mengadakan pertemuan khusus untuk membahas ini enggak, jadi itu juga meningkatkan awareness (kepedulian),” jelas Hafiz. Kemungkinan masih ada aksi lanjutan, karena pada Bulan Mei terdapat Hari Reformasi. “Sepertinya dirasa ada, karena nanti kan ada tanggal 21 Mei Hari Reformasi juga, terus nanti kita juga harapannya forum ini kita dimasifkan lah dalam artian kita ada sustainable, karena sebagai bentuk spirit perjuangan kita sebagai bentuk kordinasi dan komunikasi dengan temen-temen BEM se-Banyumas Raya. Harapannya Banyumas kondusif,” jelas Fiki. Aksi ditutup dengan dibacakannya Sumpah Mahasiswa dan massa membubarkan diri pada pukul 17.29 WIB.
Reporter : Disky/Hus
Narator : Ardian/Hus
Editor : Disky/Hus