Mediahusbandry.com – Harga produk peternakan mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Pandemi covid-19 yang belum berakhir dituding sebagai penyebab dari naik turunnya harga tersebut. Hal ini dikarenakan pandemi covid-19 membuat perekonomian melemah yang membuat daya beli masyarakat turun. Permasalahan ini tidak hanya berimbas kepada pihak konsumen saja, tetapi peternak sebagai produsen juga mengalami imbasnya, karena terpaksa harus menjual dibawah harga produksi.
Novie Andrie Setianto selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman mengatakan, harga itu adalah resultan atau fungsi dari permintaan dan penawaran (supply and demand). Artinya siapa yang bisa menentukan harga, tentunya fungsi supply and demand tersebut.
“Kalau saya pribadi, lebih menyoroti bukan harga dikonsumen saja, tetapi harga di tingkat peternak. Saya pribadi lebih senang kalau harga tinggi di level peternak. Kenapa tidak? sekali-kali lah peternak kita menikmati harga tinggi. Kasian konsumen? sekali-kali lah konsumen beli dengan harga yang mahal. Asal kesejahteraan itu atau perbedaan GAP harga itu bisa dirasakan manfaatnya oleh peternak.” ujar Novie Andri ketika ditanyai mengenai harga daging yang cenderung naik.
Sementara itu, Novie merasa prihatin mengenai harga telur yang kadang tinggi sekali dan kadang rendah sekali . Karena dengan harga yang rendah peternak pasti akan terpukul, sebab rata-rata peternak ayam petelur adalah peternak mandiri.
Lalu, Rener Fadillah selaku Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman juga menanggapi perihal harga daging sapi yang cenderung naik dan juga harga telur yang tidak stabill bahwa, “Kasus tersebut sudah wajar di Indonesia dan memang sering terjadi di Indonesia. Karena di Indonesia sendiri, terutama daging sapi masih mengandalkan import. Jadi harganya tergantung harga dari luar juga. Terus pasokannya juga kurang, jadi akibatnya mahal. Sementara untuk telur, gara-gara harga pakan tidak stabil, hal tersebut berakibat pada harga telur yang tidak stabil juga.”
Peternak rakyat merupakan usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak ditetapkan oleh Menteri. Pada masa pandemi seperti sekarang, peternak rakyat mengalami permasalahan yang lebih besar daripada sebelum pandemi.
“Kita juga bisa sedikit membantu peternakan rakyat dengan sering belanja produk peternakan di pasar tradisional jangan ke supermarket, karena kan supermarket biasanya berasal dari perusahaan-perusahaan besar. Kita sebagai mahasiswa harusnya sering-sering belanja produk peternakan di pasar tradisional, karena pasar tradisional biasanya berisi produksi peternakan dari peternakan rakyat.”
Rener juga berharap kedepannya pemerintah bisa menegakkan regulasi yang telah mereka buat dan semoga kita sebagai mahasiswa peternakan bisa menciptakan inovasi-inovasi baru, sehingga ketergantungan kita untuk import produksi peternakan bisa dikurangi.
Reporter : Bigen/Hus, Okta/hus
Narasi : Bigen/Hus
Editor : Dedi/Hus