Lengger Banyumas adalah tarian tradisional dari Banyumas, Jawa Tengah, yang memiliki akar sejarah sejak masa Kerajaan Mataram Kuno. Awalnya ditarikan oleh pria berdandan wanita sebagai bagian dari ritual penghormatan kepada Dewi Sri, dewi padi dan kemakmuran, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Istilah “Lengger” sendiri berasal dari ungkapan Jawa “diarani leng jebulélengger”, yang berarti “disangka perempuan ternyata laki-laki.” Dalam perkembangannya, tarian ini menjadi media hiburan dan dakwah saat penyebaran Islam. Kini, Lengger tampil dalam berbagai acara adat dan sosial, dibawakan oleh penari perempuan maupun laki-laki (Lengger Lanang), sebagai wujud pelestarian budaya Banyumasan.
Tari Lengger Banyumas memiliki gerakan yang lembut dan penuh makna, mencerminkan kesederhanaan hidup masyarakat Banyumas serta nilai kebersamaan, cinta terhadap alam, dan rasa syukur kepada Tuhan. Gerakan khas seperti “gendewa” gerakan tangan melingkar melambangkan keluwesan dan kelembutan. Selain sebagai hiburan, Lengger juga sarat nilai moral, seperti menghormati leluhur dan hidup harmonis. Ciri visualnya tampak pada kostum kebaya tradisional, kain jarik bermotif Banyumas, serta riasan mencolok dengan alis melengkung tebal dan lipstik merah yang menjadi identitas khas penari Lengger.
Perkembangan Lengger saat ini menunjukkan dinamika yang positif, dengan pelestarian yang terus dilakukan melalui berbagai sanggar seni dan komunitas di Banyumas. Tarian ini telah menjadi ikon budaya dan kesenian tradisional Banyumas yang dikenal luas, baik di tingkat lokal maupun nasional. Lengger tetap aktif dipentaskan dalam berbagai acara, mulai dari ritual keagamaan hingga hiburan rakyat, dengan sentuhan inovasi dan kreasi yang terus berkembang namun tetap menjaga nilai-nilai tradisional yang melekat dalam setiap gerak dan maknanya.
Referensi
https://dinporabudpar.banyumaskab.go.id/news/18989/lengger
Penulis: Reva/Hus
Editor: Lusi/Hus



