
MEDIAHUSBANDRY – Teater corak Fapet kembali mengadakan pentas dengan judul “Distruption” di Gedung Kesenian Soetedjo, Purwokerto Selatan (14/3/2020). Pentas ini merupakan pentas produksi yang bertepatan dengan Dies Natalis UKM Corak. Penonton dibuat sangat antusias. Hal itu terlihat dari banyaknya yang hadir. Pihak corak mengestimasi jumlah penonton 300-400 orang, ternyata penonton yang hadir mencapai 500 orang lebih.
“Kesuksesan ini tak luput dari kerjasama yang dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat, dalam hal ini termasuk seluruh anggota UKM corak”, ujar Syafiq selaku pembuat naskah sekaligus aktor dalam pementasan tersebut.
Namun, dibalik kesuksesan di hari pementasan, para pemain dan kru telah merasakan berbagai kendala dalam kurun waktu 3,5 bulan terakhir, hal ini pula yang mendasari mengapa pentas produksi kemarin diberikan judul Disruption atau dalam bahasa Indonesia berarti kekacauan, sebut lurah corak, Wildan.
“Kendala yang dialami dalam persiapan pentas cukup banyak, hal tersebut yang juga mendasari mengapa dipilih judul distruption karena selama proses persiapan muncul gangguan berupa proses persiapn terganggu akademik maupun kepentingan pribadi,” tambah Wildan.

Persiapan pementasan meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan in stage ataupun out stage, seperti casting pemain, perombakan naskah, hingga rehearsal pada hari pertunjukan.
Tema yang diangkat pada panggung teater ke-21 corak ini mengangkat isu peternakan yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat awam. Berawal dari keresahan para anggota UKM Corak akan mirisnya nasib para peternak, menjadikan mereka berani unjuk diri menggugah kesadaran masyarakat melalui panggung teater.

Isu peternakan yang diambil adalah kondisi peternak mandiri. Terkait perombakan naskah, hal tersebut dikarenakan hasil riset yang dilakukan teman-teman corak kepada peternak mandiri, total ada 10 variabel peternak yang diambil. “Karena ketika corak pentas, membawa data yang valid, bukan isu jere-jere kalau kata orang Banyumas” ungkap Wildan.
Panggung teater Disruption rupanya tidak hanya menarik perhatian mahasiswa Fapet Unsoed, banyak kalangan luar yang ikut menyaksikan pertunjukan tersebut, salah satunya adalah Lina yang datang jauh-jauh dari Sokaraja untuk menyaksikan pertunjukan ini.

“Pertunjukan yang ditampilkan oleh teater corak memiliki kesan yang menyenangkan. Para penonton dibuat terpingkal-pingkal dengan keberadaan para tokoh diatas panggung,” ujar Lina.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Laras, salah satu mahasiswa Fapet yang ikut menyaksikan pertunjukan sebagai bentuk dukungan antar UKM di kampus. “Kesannya seru, asik, lucu, pesannya sering-sering adain pentas kayak gini aja” pungkasnya pada media selesai pertunjukan.
Terkait pesan khusus yang ingin disampaikan ke penoton, menurut Wildan tidak ada, Ia ingin penonton menafsirkan atau mencari pesan sendiri saat menyaksikan pementasan tersebut. Akan tetapi, pada kesempatan ini teater corak lebih ke ingin memberi tahu kepada penonton bahwa seperti inilah kondisi peternak mandiri, dibalik ayam lezat yang dinikmati, terdapat keringat dan pikiran yang terkuras.

“Lebih eksplor tentang seni teater, jangan terpaku pada satu konsep. Tetap ada pentas pentas dan pentas. Harapan pribadi saya, ingin merangkul UKM se-Fapet untuk berkolaborasi secara pelan pelan dan satu per satu,” pesan Wildan.
Reporter : Syafiq/Hus, Kentri/Hus, Reza/Hus, Mujahid/Hus, Namira/Hus, Olive/Hus
Narasi : Kentri/Hus
Editor : Ghaitza/Hus