Opini

Wawancara Ekslusif dengan Rektor Unsoed Mengenai Kebijakan UKT dan Perkuliahan di Masa Pandemi

Masa pandemi akibat virus Covid-19 semakin memanjang saja. Hal tersebut tentunya berdampak secara masif terhadap dunia pendidikan, khususnya ranah pendidikan tinggi. Terhitung sejak Maret 2020, mahasiswa sudah dirumahkan kurang lebih selama lima bulan. Selama waktu tersebut, konsep perkuliahan dirubah secara drastis menjadi perkuliahan daring (dalam jaringan).

Konsep tersebut tentunya menjadi sebuah polemik baru yang harus dihadapi oleh para pemeran lakon pendidikan tinggi ini, mulai dari rektor, dekan, dosen pengajar, dan tidak ketinggalan yang terhormat para mahasiswa.

Kebijakan kuliah secara daring dilakukan dari rumah masing-masing dan hanya menggunakan gawai serta kuota pribadi. Sehingga, fasilitas kampus tidak digunakan seutuhnya oleh mahasiswa. Alhasil mahasiswa mempertanyakan kemana alokasi UKT yang telah mereka bayarkan dan menuntut untuk menurunkan nominal UKT pada semester berikutnya.


Namun, tidak adil rasanya apabila kita hanya meninjau masalah ini dari sudut pandang mahasiswa saja. Sore itu ditemani teh manis yang sudah dingin, saya berhasil mendapat kesempatan menemui dan berbincang santai bersama Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Bapak Suwarto di kediamannya yang tidak jauh dari daerah kampus Unsoed. Berikut kutipan dari obrolannya:

Sumber : unsoed.ac.id


Q : Selamat sore Pak, sehat-sehat mbok Pak? Sedang sibuk apa akhir-akhir ini?
A : Selamat sore kembali mas, Alhamdulillah dalam keadaan sehat, semoga seluruh mahasiswa kebanggaan saya juga dalam keadaan sehat dan tetap dapat menjalankan perkuliahan secara optimal


Q : Akibat pandemi yang sudah hampir lima bulan ini, Bapak rindu tidak pada mahasiswa? yang kadang mereka bikin jengkel Bapak. Hehe
A : Oh tentu mas, sudah lama saya tidak bercengkrama dengan mahasiswa-mahasiswa yang saya banggakan. Semoga keadaan lekas membaik, agar kita bisa bertatap muka kembali, belajar kembali, dan senantiasa meramaikan kembali aktivitas mahasiswa di kampus. Monggo mas diminum teh nya, harusnya sore-sore gini ditemani kopi ya mas, biar serasa anak muda
Q : Hehe, kebetulan saya juga tidak terbiasa ngopi Pak. Ditampi ya Pak tehnya


Dari percakapan awal itu, stigma saya mengenai #Unsoedjutek perlahan memudar, ternyata Pak Rektor sangat cair dan welcome terhadap mahasiswanya. Setelah menyeruput teh suguhan beliau, kami pun kembali melanjutkan obrolan.


Q : Oh iya Pak, sedang sibuk apa akhir-akhir ini di masa pandemi Pak?
A : Yaa beginilah mas, seperti pegawai lainnya, kita sama-sama sedang banyak melakukan pekerjaan dari rumah, rapat bersama pimpinan fakultas juga masih dari rumah, dan sedikit-sedikit tetap melakukan aktivitas olahraga mas supaya tetap sehat agar bisa selalu membersamai mahasiswa serta menuntaskan tuntutan-tuntutan yang berat ini


Q : Maksud Bapak, tuntutuan mana ya yang berat itu?
A : Ya kita sama-sama tau mas, saya menjabat sejak 2018 lalu, banyak sekali polemik yang melibatkan mahasiswa dengan pihak kampus, namun saya senang melihat kedinamisan ini. Misalnya tuntuan pengalihan alokasi UKT ke subsidi kuota guna menunjang kegiatan perkuliahan mahasiswa secara daring yang sebelumnya telah kita bahas bersama sama dalam audiensi kemarin kan ya mas


Q : Oh begitu ya Pak. Namun, ternyata masih banyak keluhan ya Pak dari mahasiswa, katanya subsidi tidak merata, alokasinya tidak tepat sasaran, bahkan cenderung lama katanya Pak pergerakannya. Sepertinya Bapak selalu salah ya Pak di mata mahasiswa (sambil tertawa agar tidak terlalu dark)
A : Ya sebetulnya kita bersama jajaran serta kepegawaian kampus telah berupaya maksimal agar kebijakan mengenai bantuan tersebut dapat tersalurkan secara cepat dan tepat. Dan saya rasa mahasiswa harus bersabar, karena apabila tidak dijalankan dengan hati-hati malah nanti terjadi banyak kesalahan repot lagi mas


Q : Lalu bagaimana tanggapan Bapak pribadi mengenai tuntuntan mahasiswa ini Pak?
A : Begini ya mas, apabila saya melihat dari sudut pandang orangtua mahasiswa, jujur saya juga inginnya perkuliahan ini digratiskan saja, karena saya merasa memang semua lapisan masyarakat juga terdampak kan mas. Maka memang idealnya kita berkuliah secara gratis saja


Memotong pembicaraan, saya langsung todong dengan pertanyaan berikutnya…


Q : Kalau saya baca di Permendikbud, ada empat kebijakan yang diberikan oleh Mendikbud untuk mengatur kegiatan pendidikan tinggi yang salah satunya mengatakan bahwa pemimpin perguruan tinggi dapat memberikan keringanan UKT dan/atau memberlakuan UKT baru terhadap mahasiswa, lalu mengapa Bapak tidak menggunakan Permen tersebut saja Pak? Nampaknya akan manis rasanya bagi para mahasiswa
A : Yaa Permen itu memang manis mas, namun belum tentu manis bagi kampus. Apalagi ada banyak elemen kampus yang harus kebagian manisnya, masa mahasiswa saja yang merasakan manisnya


Q : Agak ambigu ya Pak, saya jadi berpikir yang tidak-tidak loh Pak. Oh iya Pak, kemarin sempat ramai mahasiswa Unsoed menyuarakan aspirasi melalui aksi media (Twitter) yang sempat menjadi trending topic dengan tagar #Unsoedjutek. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai hal tersebut?
A : Yaa pertama, saya ingin katakan bahwa ini bentuk kepedulian dari mahasiswa terhadap kampus dan juga terhadap mahasiswa lainnya. Terus terang ini adalah bentuk tamparan bagi kami karena belum bisa memberikan pelayanan terbaik pada mahasiswa-mahasiswa kami. Hal-hal semacam ini memang sudah biasa terjadi di ranah kampus dan pendidikan tinggi, karena semua elemen di dalamnya ingin mendapat fasilitas terbaik dalam menunjang kegiatan perkuliahan


Q : Lalu untuk kebijakan UKT akan seperti apa ya Pak? Kalau tidak salah saat ini sudah mulai dibuka pembayaran UKT namun belum ada kebijakan baru
A : Untuk kebijakan UKT di semester yang akan datang, kami dari pihak pimpinan kampus belum dapat mempublikasikan kebijakan terbarunya, namun kami pun terus berupaya untuk dapat memberikan kebijakan yang terbaik bagi mahasiswa


Q : Belakangan tersiar kabar bahwa ada salah satu mahasiswa Unsoed yang tidak dapat membayar UKT Pak, hingga menimbulkan berbagai respon dari kalangan mahasiswa, salah satunya dari BEM Unsoed yang menginisiasi untuk menggalang dana bantuan bagi mahasiswa yang tidak dapat membayar UKT tersebut. Tanggapan Bapak bagaimana?
A : Tentunya ini merupakan kabar yang kurang baik ya bagi kita semua. Adanya pandemi ini memang banyak mempengaruhi sisi finansial pada hampir setiap lapisan masyarakat. Kedepan, saya menyarankan bagi mahasiswa yang belum dapat membayar UKT untuk dapat berkomunikasi langsung dengan pihak Bapendik (Bagian Pendidikan) fakultas maupun universitas, karena sudah ada prosedur untuk permasalahan seperti ini
Q : Baik Pak, terimakasih atas jamuan serta diskusi singkatnya. Semoga kedepan kita dapat berbincang kembali. Sehat selalu untuk Bapak beserta keluarga dan juga Bapak/Ibu dosen lainnya


Demikianlah, salah satu sisi dari berbagai efek akibat adanya pandemi yang melanda tanah air dan dunia. Para pemuda di belahan bumi menjadi kurang produktif dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur hingga bermimpi bertemu dengan Rektor Universitas Jenderal Soedirman, padahal nyatanya mana bisa (Chuuakkss).

Namun, terlepas dari mimpi tersebut, kita sebagai mahasiswa diharapkan untuk dapat terus melakukan pergerakan guna mendapatkan hak yang seharusnya menjadi milik kita dan tanpa merugikan pihak manapun. Lebih baik tidak bergerak, daripada harus bergerak dengan emosi. Tetaplah logis serta menjaga nama baik almamater, keluarga, bangsa, dan negara.

Penulis : Usup/Hus
Editor : Ulil/Hus

Leave a Reply

Your email address will not be published.