Opini

TUTORIAL MELANJUTKAN HIDUP DI SEMESTER DUA

Karya : Rilan Elang/Hus

“Ngapain sih capek-capek ikut organisasi? paling ujung-ujungnya jualan risol”

Menjadi mahasiswa semester dua bagaikan sedang berada di tengah perempatan lampu merah saat kau dalam perjalanan menuju rumah nenek. Lurus untuk meraih tujuan secepat mungkin, belok kanan untuk membeli oleh-oleh, belok kiri agar tidak dihentikan lampu merah, atau berbalik arah karena dompetmu tertinggal di rumah. Jalan mana yang kau pilih adalah penentu kapan dan seperti apa keadaanmu saat sampai di garis finish nantinya.

Perempatan yang Membingungkan

Bagi seorang mahasiswa, garis finsih atau tujuan akhir tak lain adalah wisuda. Memakai pakaian serba hitam dan toga, lalu berfoto bersama keluarga atau pacar cantikmu yang baru kau dapat kemarin. Butuh waktu setidaknya empat tahun bagi mahasiswa sarjana dan tiga tahun bagi mahasiswa diploma untuk mencapai titik tersebut. Namun, tak sedikit mahasiswa sarjana yang menyelesaikan studinya lebih dari empat tahun mungkin lima atau enam, pun dengan mahasiswa diploma. Tak ada yang pasti karena jalan setiap orang berbeda, ada yang lurus, belok kanan, bahkan ada yang motornya harus mogok kehabisan bensin. Oleh karena itu, di semester dua semuanya akan ditentukan, jalan mana yang akan kau pilih untuk mencapai garis finish?.

Semester dua kita sebut sebagai masa yang nanggung, kau belum punya adik tingkat tetapi juga sudah tidak layak dipanggil maba. Pada posisi ini, bagaimana ending kehidupan perkuliahan seseorang akan ditentukan. Pilihan antara ingin fokus mengikuti kuliah saja, atau ingin mencoba berorganisasi, berbisnis, mengikuti event perlombaan, dan banyak persimpangan jalan lain yang dapat diambil membuat masa-masa ini terasa membingungkan. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah tujuan awal berkuliah yaitu belajar.

Mahasiswa yang (hanya) befokus pada mengerjakan tugas sebelum tenggat waktu dan selalu mengikuti kelas setiap pagi memiliki peluang lebih cepat untuk mencapai tujuan. Namun kembali ke analogi awal, apakah kita ingin mencapai tujuan tanpa membawa oleh-oleh? atau kita mencapai garis finish namun tidak tau apa yang dilakukan setelah bertemu nenek? maka hal yang perlu kita perhatikan adalah bukan seberapa cepat kita sampai di rumah nenek, namun apa yang akan kita berikan padanya dan cerita apa yang akan kita sampaikan padanya di sore hari.

Menurut CNBC Indonesia, jumlah pengangguran di Indonesia dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2023 mencapai 7,86 juta orang, sebanyak 985.800 berasal dari kalangan sarjana (BPS, 2023). Apakah itu garis finish yang kita damba-dambakan? jika bukan, maka pertimbangkan kembali apakah kau ingin jalan lurus, belok kanan, belok kiri, atau sejenak berbalik arah untuk mematangkan persiapan.

Mari mencoba untuk berbelok ke jalan yang belum pernah kau lalui sebelumnya. Garis jalan dan sudut-sudutnya terasa asing sehingga kau harus menggunakan google maps, sampai di suatu tempat sinyal di ponselmu tiba-tiba menghilang dan satu-satunya yang kau lihat adalah seorang penjual durian di pinggir jalan. Akhirnya kau harus mendekatinya, berkenalan, dan bertanya padanya kemana jalan yang benar. Pada titik ini kau telah mendapat satu bekal, teman baru. Lalu karena merasa tak enak meninggalkan penjual itu begitu saja, kau memutuskan untuk membeli dua buah durian. Ada dua bekal baru saat ini, kau membantu penjual itu mendapat uang dan kau punya oleh-oleh untuk diberikan pada nenek. Lakukan semua hal yang bisa membantumu keluar dari golongan 985.800 manusia pada data di atas.

Jalan Ninja Yang Harus Dilewati

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat dirimu menjadi mahasiswa semester dua, ada Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) baginya yang ingin belajar mencari uang dengan modal nol rupiah, atau menjadi asisten praktikum jika kau ingin lebih mendalami ilmu akademik, dan cobalah untuk mengenal hal baru di organisasi, Fakultas Peternakan Unsoed saat ini memilki 9 Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) dan 2 Himpunan Mahasiswa (HIMA) yang seharusnya kau sudah mengetahuinya tanpa disebutkan dalam tulisan ini. Dari semua pilihan yang ada, seharusnya tidak ada lagi alasan untuk diam dan tak melakukan apa-apa. Nenekmu sudah menunggu di teras rumah, menanti cucu kecilnya berubah menjadi ‘orang’. Untuk sampai disana lakukanlah dua hal pada perempatan semester dua :

1. Tingkatkan Kualitas Diri

Seperti yang dikatakan Ari Lesmana dalam lagunya “keluarlah dari zona nyaman“. Orang yang selalu merasa nyaman dan merasa ilmunya sudah cukup tidak akan terbang lebih tinggi dari atap rumahnya. Maka keluarlah dari zona nyaman agar kau merasa gusar dan risau, sehingga kau akan belajar bagaimana untuk kembali merasa nyaman. Saat sudah terbiasa dengan hal itu, maka tak perlu lagi takut gagal setelah lulus nanti, atau setidaknya jika kau gagal di satu bidang, kau masih punya skill di bidang yang lain. Jangan hanya menjadi mahasiswa yang ‘biasa saja’ tapi jadilah yang terbaik. Jika kau tidak bisa, maka jadilah yang berbeda.

2. Bangun Relasi

Hal kedua yang harus kau lakukan adalah mencari orang yang bisa menolongmu saat sinyal ponselmu hilang, yang kita sebut relasi. Sehebat-hebatnya B. J. Habibie ia juga membutuhkan Ainun disisinya, artinya tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Maka organisasi (apapun bentuknya) menjadi ruang yang sangat tepat jika kau ingin mencari relasi, kau akan menemukan banyak penjual durian di dalamnya.

Dari uraian panjang diatas, marilah mencoba untuk tidak diam di tengah perempatan. Segera tentukan kemana kau akan melaju. Jangan dengarkan suara klakson yang memekakan telinga, atau kating di Warmindo langgananmu yang mengatakan “Ngapain sih capek-capek ikut organisasi? Paling ujung-ujungnya jualan risol”. Berjualan risol bukan tujuan mengikuti organisasi, namun itu merupakan salah satu caramu mengatasi suatu permasalahan di organisasi yang disebut manajemen konflik. Di kehidupan yang sesungguhnya mungkin kau harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan mengerikan demi menyambung hidup dan menyelesaikan permasalahan keluargamu.

Untuk menutup semua pembahasan ini, mari kita pelajari bersama apa yang pernah dikatakan Mark Twain “The two most important days in your life are the day you are born and the day you find out why”.

Leave a Reply

Your email address will not be published.