Oleh: Ulil/Hus
Situasi dunia sedang tidak baik-baik saja, khususnya di bumi pertiwi. Ditambah, World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa pandemi Covid-19 tak akan hengkang dari semesta. Pemerintah pun sudah mencangkan opsi untuk ‘berdamai’ dengan makhluk ini, mengingat kian hari keadaannya semakin tidak menentu.
Pada awalnya, kita menganggap remeh eksistensi virus ini. Dianggap kalah pamor dengan masuk angin yang sudah singgah lebih lama di bumi Indonesia. Bahkan, digunakan sebagai bahan berkelakar oleh pejabat publik negeri ini. Namun apalah daya, hal itu justru menjadi bumerang bagi kita.
Kita menjadi was-was dan gelisah. Informasi yang simpang siur serta penyebaran hoax yang makin masif membuat kita tak tentu arah. Pemerintah yang seharusnya menjadi harapan, justru gagap dan membuat kebijakan yang belum sepenuhnya tepat (bila tidak mau dianggap “nyeleneh”). Akan kemanakah kita dibawanya?
Meskipun sosialisasi terus disebar, masyarakat belum sepenuhnya sadar. Situasi kian sulit, apalagi kondisi ekonomi yang semakin melilit. Ditambah lagi merebaknya teori konspirasi yang membuat situasi menjadi kian tak pasti. Bedebah kau elite global, serta kita semua yang masih bebal.
Namun, jangan kita lupakan para pejuang yang senantiasa berjuang di situasi ini. Petugas medis selalu berjuang tak kenal lelah. Memberi secercah harapan untuk jiwa-jiwa yang terjangkiti. Tak mengharap imbalan karena yang diinginkan adalah kesembuhan.
Ironisnya, angka kematian tenaga medis di Indonesia akibat pandemi ini merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang sangat terbatas membuat mereka semakin kewalahan menanggulangi wabah ini. Belum lagi jika ada masyarakat yang kurang ngopi dan justru menyusahkan tenaga medis. Ditambah, protokol kesehatan yang selalu digencarkan malah diabaikan dan dianggap sebagai angin lalu.
Masih banyak lagi pejuang yang membantu kita selama pandemi. Ojek online dan kurir yang selalu mengantar kebutuhan kita dari rumah ke rumah. Para buruh yang tetap bekerja guna menghidupi keluarga. Petugas kepolisian dan TNI yang membantu mengamankan situasi negeri ini. Dan, seluruh elemen masyarakat yang berjibaku saling membantu.
Ketika berbicara mengenai kesadaran, memang datangnya dari diri sendiri. Dalam falsafah Jawa, “urip iku eling lan waspada”. Hidup itu sejatinya senantiasa ingat dan waspada. Karena selalu banyak misteri dalam hidup. Yang bisa kita usahakan adalah kesadaran dan kewaspadaan diri. Jika sudah sadar, tentunya akan waspada dengan situasi yang semakin tak menentu ini.
Dengan segala hormat, saya ucapkan terimakasih untuk para pejuang. Tabik. Kitapun seyogyanya turut serta dalam perjuangan ini. Tidak melulu saling menyalahkan, yang terbaik adalah saling memberdayakan dan mendoakan kebaikan untuk kita semua. Tidak ada yang sia-sia dalam berjuang. Jadikan opsi ‘berdamai’ sebagai pilihan paripurna setelah perjuangan yang tiada henti. Semoga lekas usai situasi ini dan kita selalu bertahan dalam perjuangan.
*Pic: barometernews.id