Sastra

SEPUCUK SURAT DARIKU, SOSOK DIRIMU DARI MASA DEPAN

Oleh: Nurhatini/Hus

Pic: Ghaitza/Hus

Hai diriku, bagaimana kabarmu?

Sebaik apapun rencana kita, nyatanya rencana Tuhan tetap yang terbaik dari segala yang baik. Aneh memang, menulis surat untuk diri sendiri. Namun tak apa, setiap orang pasti pernah merasa dikejutkan oleh dirinya sendiri yang kadang bersikap seperti seseorang yang lain. Sehingga bisa jadi kini kamu adalah pribadi yang sangat berbeda denganku yang sedang menulis surat ini. Aku adalah kamu, kamu adalah aku, aku dan kamu adalah kita. Kita adalah orang yang sama, namun ada pepatah yang mengatakan bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri bukan?

Di waktu yang sama, apa yang ada di hati dan pikiran terkadang bertentangan. Apalagi untuk aku dan kamu yang nantinya berada pada zaman yang berbeda. Bisa jadi kita akan menjelma menjadi dua insan yang berhadapan di dua mata angin berlawananan. Oleh karena itu perihal masa depan. Tampaknya ada beberapa hal yang perlu kita sepakati dan perlu aku ingatkan.

Aku bersyukur dengan apa pun yang telah ku lewati. Dengan teman-teman serta kesibukan dan kegiatan-kegiatan yang ada. Sehingga membawa diriku sampai pada titik ini. Kamu adalah orang yang paling aku cintai. Mungkin kamu tidak percaya, kenyataan bahwa aku sangat bersikap keras terhadap diri sendiri. Namun atas dasar cinta itulah justru aku memaksamu untuk menjadi sosok yang berbeda dari individu lain pada umumnya. Jadi bukan tanpa alasan aku memaksamu untuk belajar dan bekerja lebih giat dari yang lain.

Ketika kamu memberikan kesempatan untuk berjuang dengan porsi lebih, maka hasil yang kamu akan dapatkan tentu akan berada di atas rata-rata orang pada umumnya. Ingatlah, bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha. Carilah pengalaman yang berbeda, kalau bisa dengan cara yang sama sekali tidak terpikirkan oleh orang lain. Maka secara otomatis semua ruang kesempatan dan peluang akan mengarah kepadamu karena kamu telah menjadi pribadi yang berbeda dan istimewa.

Maafkan aku yang sering memposisikanmu di pinggir jurang, terus mendorongmu untuk turun ke bawah bahkan memaksamu untuk melompat ke sisi lain tanpa peduli seberapa lebar jaraknya. Itu semua aku lakukan agar aku semakin banyak memiliki alasan untuk lebih mencintaimu, untuk terus bangga kepadamu.

Tersenyumlah, karena kamu terlahir untuk menjadi seorang pemenang. Dalam hal apa pun itu, termasuk akhirnya kamu bisa lolos SBMPTN dan melanjutkan kuliah yang bahkan kamu tak pernah bayangkan dapat terwujud.

Namun terkadang aku lupa bahwa di balik kerja keras untuk mencapai itu semua, ada air mata orang tua yang selalu mengalir di sepertiga malam demi memohonkan kesuksesanku kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Rencana terbaik selalu aku persiapkan demi kamu di masa depan. Namun, sebesar apa pun pencapaianmu saat ini, setinggi apapun jabatanmu hari ini, sesukses apapun kamu kini, ingatlah bahwa semua ini bukan semata-mata hasil dari kerja kerasmu, melainkan juga doa dari kedua orang tuamu.

Jika seorang Presiden Amerika Serikat saja mampu mengakui kehebatan hasil didikan sang ibu, maka kamu yang sebenarnya bukan siapa-siapa dan masih menggantungkan hidup dari keringat orang tua pun harus lebih mampu menjunjung martabat mereka. Keluarga adalah tempat berpulang ketika dilanda kesedihan ataupun kekecewaan. Seberapa sering aku mengeluh tentang tugas kuliah dan praktikum yang menggunung, serta kesibukan di organisasi yang terus mengejarku.

Namun karena keegoisanku, aku justru lupa betapa lebih lelahnya orangtuaku yang harus bekerja keras di tengah teriknya matahari. Dan terkadang basah kuyup di musim penghujan. Di tengah usia mereka yang menuju senja. Dikala seharusnya aku yang bekerja keras untuk mereka dan mereka menikmati masa tuanya, tetapi justru aku masih saja menggantungkan hidup pada mereka.

Aku ingatkan padamu untuk jangan pernah meninggalkan orangtua. Apabila kamu ada tugas ke luar kota, maka ajaklah mereka jika mau, atau apabila harus tinggal di rumah pastikan bahwa mereka baik-baik saja. Janganlah sibuk untuk membahagiakan dirimu sendiri dan jangan pernah puas untuk membahagiakan orang-orang di sekitarmu.

Di masa depan, kamu sudah mulai menghasilkan uang sendiri dan hidup lebih mandiri. Aku hanya ingin mengingatkanmu agar jangan terlena dengan segala jalan pintas dalam meraih kebahagiaan. Kamu mungkin akan menemui berbagai tawaran untuk menggapai tujuan dengan singkat, namun harus kuingatkan padamu bahwa kamu tak akan mampu menikmati sebuah hasil tanpa melewati proses yang berliku.

Bersabar dan bersyukur atas segala yang kamu miliki, akan membuat semuanya terasa bahagia meskipun hanya dengan setitik kesederhanaan. Mungkin jika melihat sebagian temanmu, kadang terbersit rasa iri kenapa kamu tidak sesukses mereka. Kenapa hanya sial dan kegagalan saja yang ada.

Tenanglah diriku, kamu harus sabar. Sabar yang ku maksud bukan berarti santai dan malas-malasan. Tapi sabar itu aktif, tetap tahan banting untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. Berbahagialah! Berbahagialah dengan cara sederhana. Aku tahu jalan yang kamu lalui tidaklah mudah, bisa jadi jalanmu lebih berbatu dan berliku. Namun jangan pernah sekalipun merasa lelah dan memutuskan untuk menyerah. Dulu kita pernah melewati masa-masa sulit seperti ini, kita hanya perlu melakukannya sekali lagi. Sampai jumpa di masa depan.

Salam,

Dirimu di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.