mediahusbandry.com-Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) yang menyerang hewan ternak ruminansia kembali muncul di Indonesia setelah sekian lama dinyatakan bebas oleh World Health Organization (WHO) pada 1990 silam. Diprediksi, muncul kembali di Gresik pada 6 Mei lalu dan merebak secara masif dan agresif ke berbagai wilayah di Indonesia. Penyebab kemunculannya belum bisa dipastikan, tetapi peternak dipastikan mengalami banyak kerugian.
“11 Mei lalu muncul 3 kasus PMK di Pasar Ajibarang, sapinya berasal dari Jawa Timur. Setelah itu, berbagai kasus yang sama merebak bersamaan di wilayah Kabupaten Banyumas,” jelas Ir. Sulistiono, M. Si., selaku Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Kabupaten Banyumas.
Dengan berkembangnya kasus PMK, dinas berupaya dengan maksimal. Penyemprotan sterilisasi dilakukan pada kandang yang sudah suspek, pasar hewan, dan melakukan pemeriksaan pada ternak yang masuk ke pasar hewan berdasar surat keterangan sehat hewan dari tempat asalnya. Pada akhirnya, semua pasar hewan di Kabupaten Banyumas ditutup selama dua minggu untuk meminimalisir penyebaran dan melakukan karantina hewan. Pasar dibuka kembali pada 29 Juni 2022.
Kabupaten Banyumas tidak menutup pengiriman sapi antar daerah, namun dilakukan pengecekan pada sapi-sapi yang keluar yang dilakukan oleh dokter hewan untuk memastikan sapi yang keluar dalam keadaan sehat. Ternak yang terkena PMK harus dilakukan uji lab dan hasilnya baru keluar setelah 3 hari. Akan tetapi, tenaga kerja di lab terbatas sehingga sekarang hanya diterapkan metode cepat saja seperti pengecekan temperatur tubuh ternak. Suhu normal ternak sapi, yaitu 39◦ C. Jika melebihi suhu tersebut ternak digolongkan berpotensi terkena PMK karena biasanya ternak akan mengeluarkan gejala klinis setelah demam.
Dinas juga melakukan himbauan kepada masyarakat sementara ini baru dimulai pengadaan impor vaksin dan belum terdistribusi secara merata. Peternak dapat memberikan perlakuan pada ternak untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak, pemberian vitamin atau menggunakan obat-obatan herbal dengan bahan jahe, kunyit, temulawak, dan lain sebagainya. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dalam menghadapi wabah PMK ini sampai dapat terkendali dengan baik.
Menurut Kepala Dinkannak Banyumas, Indonesia masih melakukan impor daging dari negara yang belum bebas PMK, namun daging dikirim dalam keadaan beku. Secara logika kemungkinan penyebaran PMK lewat daging tersebut sangatlah kecil karena PMK efektif menyebar melewati ternak hidup langsung. Pembekuan daging sampai di bawah 8 menyebabkan virus akan mati, sedangkan sampai ke tangan konsumen daging diolah kembali baik dilakukan pemanasan atau yang lainnya sehingga kemungkinan tersebarnya virus kecil atau bahkan tidak mungkin. Sampai saat ini masih banyak impor sapi dari negara lain baik yang legal maupun ilegal. Hal tersebut justru yang memudahkan persebaran virus PMK. Sampai sekarang belum ada aturan yang diberlakukan terkait hal tersebut, hanya saja kita tidak boleh mengimpor ternak sapi dari negara yang belum bebas PMK.
“Sebagai upaya penanganan dan pencegahan, pendataan suspek PMK di Kabupaten Banyumas dilakukan secara berkala. Sejauh ini wabah PMK sudah menjangkit sekitar tiga ribu ekor ternak dan akan selalu dilakukan pendataan dan penanganan sampai kasus dinyatakan bebas,” pungkas Sulistiono.
Reporter : Khasan/Hus, Naufal/Hus
Narator : Ulil/Hus
Editor : Faaz/Hus