MEDIAHUSBANDRY – Sebulan lebih lamanya kuliah daring di Fapet Unsoed terlaksana. Berdasarkan SE Rektor No. 217/ UN23/ RT. 06. 01/ 2020 Tentang Perubahan Kebijakan Social Distancing Terkait Covid-19, banyak mahasiswa memutuskan untuk pulang kampung. Kuliah daring kerap dianggap tidak efektif oleh mahasiswa karena tingkat keproduktifan yang menurun.
Akibat situasi yang terjadi, mayoritas dosen hanya memberikan materi dan tugas demi melaksanakan kewajibannya. “Bagi saya sendiri, sebagian dosen hanya menyampaikan materi melalui PPT atau memberikan tugas. Beberapa materi kurang dijelaskan sehingga sulit untuk dipahami” jelas Ika, mahasiswi Fapet.
Tak hanya itu, Ika menambahkan bahwa ketika UTS berlangsung, soal yang dibuat tidak manusiawi baik dari kualitas maupun kuantitas. Akibatnya hasil yang didapat tidak sesuai target. Penyebabnya karena dosen mengira selama kuliah daring mahasiswa paham tentang materi yang dijelaskannya.
Selama riuhnya kuliah daring, kegiatan praktikum yang dianggap tradisi KM Fapet tetap dilaksanakan. Praktikum yang berlangsung dinilai menguntungkan. “Sukanya kuliah daring karena tidak perlu mencari bahan-bahan untuk praktikum” jelas Farhan, Mahasiswa Fapet.
Suka duka banyak dirasakan ketika sistem daring ini berlangsung. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Rafi, mahasiswa Fapet, bahwa kuliah daring sangat membosankan. Kegiatan yang dilakukan selama di rumah sangat tidak produktif. “Sebatas mengerjakan tugas dan laporan praktikum, maka dari itu kadang saya selingi dengan olahraga supaya tetap sehat,” ucap Rafi.
Maraknya gerakan #dirumahaja bukanlah alasan konkret bahwa marwah kuliah daring dinilai buruk. Mahasiwa berharap agar kuliah daring tidak membebani. “Syukur-syukur mahasiswa dapat subsidi kuota karena kuliah daring menguras kuota”, tambah Rafi.
Reporter dan Narasi: Olive/Hus