Mediahusbandry.com−Keluarga Alumni Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Kafapet Unsoed) menggelar halalbihalal dan diskusi secara daring melalui aplikasi Zoom (13/6). Acara tersebut diadakan dalam rangka silaturahmi Kafapet Unsoed dan diskusi menuju kelaziman baru. Meskipun dilaksanakan secara daring, banyak yang menghadiri acara tersebut dari jajaran birokrasi Fapet Unsoed, dosen, mahasiswa, maupun alumni.
Diskusi yang digelar mengusung tema “ Strategi Industri Peternakan di Dalam dan Luar Negri dalam Rangka Menghadapi Era Kenormalan Baru”. Acara dimoderatori oleh Masirom alumni Fapet Unsoed ’94.
Setelah acara dibuka, dilanjutkan dengan sambutan oleh dekan Fapet Unsoed, Perwakilan Rektor Unsoed, perwakilan Kafapet Unsoed, dan perwakilan alumni Fapet Unsoed. Dalam sambutan, tiap perwakilan saling mengucapkan Selamat Hari Raya Idulfitri Tahun 1441 H mohon maaaf lahir dan batin. Serta, mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dalam keseharian mengingat memasuki era kelaziman baru di tengah Pandemi Covid-19.
Diskusi diawali oleh pemaparan materi dari Prof. Ismoyowati selaku Dekan Fapet Unsoed mengenai industri perunggasan. Beliau menjelaskan bahwa hadirnya era kelaziman baru akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan perunggasan adalah sektor utama ekonomi nasional yang memasok 65% dari protein hewani dan mempekerjakan 10% dari angkatan kerja nasional.
Telur yang merupakan makanan primadona masyarakat Indonesia tidak mengalami penurunan permintaan baik sebelum maupun saat pandemi tetapi malah mengalami kenaikan. Masyarakat Indonesia yang didominasi umat muslim menyebabkan permintaan terhadap daging ayam lebih meningkat dibanding negara-negara lain dengan konsumsi daging babi yang tinggi.
“Strategi yang diberikan untuk menghadapi new normal adalah perlu peningkatan koordinasi antara pemerintah dan industri peternakan salah satunya pakan utama unggas. Koordiansi antar perusahaan perlu ditingkatkan agar tidak terjadi persaingan yang berlebihan karena peluang industri perunggasan sudah terbuka lebar,” pungkas Ibu Ismoyowati.
Kemudian Mulyoto Pangestu, Ph.D selaku ilmuwan Monash University Australia sekaligus alumni Fapet Unsoed ’82 memaparkan kondisi terkini industri peternakan di Australia. Beliau menyampaikan bahwa kondisi peternakan di Australia stabil dan tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19. Hal ini terjadi karena dua kunci Australia dalam penanganan yaitu distribusi dan pemasaran domestik tetap berjalan normal. Termasuk juga industri hulu-hilir dan pendukung.
Pemerintah benar-benar menjaga bahan pangan. Sistem pertanian dan peternakan Australia yang padat alat dan mekanisme yaitu dalam satu peternakan dengan kapasitas 5.000 ekor sapi, maksimal dikelola oleh 5 orang saja yang menyebabkan kasus Covid tidak banyak ditemukan.
“Kasus Covid yang mungkin terkait sektor peternakan hanya pengemudi pengantar barang McDonals yang terpapar dan menulari bebarapa gerai dan karyawan Cedar Meat yang positif. Perusahaan ditutup beberapa hari untuk dilakukan pembersiahan dan tidak ada produk yang terkontaminasi,” ujar Pak Mulyoto.
Rayudika AAP, Ph.D selaku alumni Fapet Unsoed angkatan 2010 yang melanjutkan studi di Thailand memaparkan kondisi di Thailand. Beliau mengutarakan bahwa kondisinya tidak jauh berbeda dengan Australia. Strategi pemerintah Thailand menghadapi Covid-19 adalah menerapkan protokol kesehatan dan masyarakat benar-benar patuh, terbukti sampai sekarang tidak ditemukan kasus Covid lagi.
Perdana Menteri Thailand bertekad menghilangkan virus corona tanpa menurunkan perekonomian negara. Kebijakan yang diambil adalah menghentikan ekspor bahan pangan sementara dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan negara terlebih dahulu.
“Pemerintah (pemerintah Thailand -red) tidak menutup akses bagi distribusi bahan pangan antar daerah bahkan pemerintah menyediakan transportasi yang digunakan untuk distribusi hasil peternakan. Semua sistem di Thailand diatur serba online sehingga dapat mempermudah aktifitas di masa pandemi ini,” jelas Rayudika.
Bergabung juga Hernani C.da Silva selaku Mantan Mentri Luar Negri Timor Leste yang sekarang bekerja di Food and Agriculture Organization (FAO), organisasi pertanian dan pangan yang berada dibawah naungan PBB. “Jika kebijakan pemerintah tidak benar, sekaya apapun sebuah negara maka tidak akan pernah benar pengolahan SDM dan SDA-nya sehingga masyarakat tidak akan meraasakan kesejahteraan secara menyeluruh. Pola pikir baru dibutuhkan supaya bisa menyiapkan diri di masa mendatang,” jelasnya.
Banyak strategi yang dipaparkan secara garis besar oleh para ahli di bidang peternakan untuk menghadapi masa kelaziman baru. Penting sekali kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan dan sinergi yang baik antara pemerintah dengan industri khususnya peternakan. Dengan hal itu, maka perekonomian Indonesia siap untuk menghadapi kelaziman baru.
Reporter dan Narasi : Syafiq/Hus dan Bigen/Hus
Editor : Ulil/Hus