Jas almamater merupakan salah satu ciri khas secara fisik atau identitas dari kampus mana sesorang mahasiswa berasal. Ciri khas tersebut kini sedang hangat diangkat oleh mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman karena mahasiswa baru 2019 belum mendapatkan apa yang menjadi haknya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul khususnya dari maba yang menginisiasi BEM Fakultas Peternakan untuk mengadakan diskusi terbuka mengenai permasalahan yang timbul di UNSOED, tidak hanya mengenai jas almamater yang dibahas di dalamnya tetapi juga hal-hal lainnya yang dianggap ‘ganjal’ oleh maba.
Pada tanggal 30 Agustus 2019, diskusi yang diadakan di Pendopo Fakultas Peternakan diikuti oleh mahasiswa Fakultas Peternakan yang di antaranya terdapat kurang lebih 20 orang maba. Antusias maba yang ditunjukkan dengan mengutarakan gagasan mengenai apa yang dirasa dan perlunya penjelasan lebih rinci dari pihak birokrat atau rektorat nya sendiri dianggap merupakan suatu awal yang baik. Salah satu tujuan diadakan diskusi tersebut yaitu tidak lain untuk mengembalikan esensi dan fungsi mahasiswa, yaitu peka terhadap apa yang terjadi khususnya di lingkungan kampus sehingga bisa menanggapinya secara kritis, dan membuat mahasiswa lebih open minded. Sasaran diadakannya diskusi terbuka tersebut sebenarnya bukan hanya UNSOED saja, tapi juga kampus-kampus lain yang mungkin juga mengalami permasalahan yang sama, sehingga mahasiswa tahu problematika di tempatnya mencari ilmu. Permasalahan lain yang menjadi topik perbincangan mahasiswa adalah mengenai alur-alur yang ditempuh maba dalam mengaktivasi dirinya atau mengesahkan dirinya menjadi mahasiswa di UNSOED. Persyaratan yang mereka penuhi seolah menjadi proses komersial, dengan kata lain lain ada sebuah keuntungan di balik pemenuhan persyaratan tersebut seperti halnya ada aturan bahwa seorang mahasiswa harus membayar seratus ribu rupiah untuk aktivasi KTM. Bentuk kesadaran seperti yang dilakukan mahasiswa baru ini sejatinya adalah sebuah karya, seperti halnya yang diungkapkan oleh presiden BEM UNSOED 2017, Adhyatma Riyanto “karya terbesar mahasiswa adalah karya yang meninggalkan jejak, karya-karya yang baik , bukan hanya sertifikat, tapi karya yang berguna bagi masyarakat”.
Tingginya antusias mahasiswa baru dalam menanggapi permasalahan mengenai belum tergenggamnya apa yang menjadi hak mereka merupakan suatu bentuk keresahan. Mereka merasa resah karena belum mendapat feed back yang memuaskan, persyaratan yang tidak mengenal tolerir akan tenggat waktu telah mereka lakukan secara terstruktur, tetapi hanya untuk mendapatkan identitasnya sebagai mahasiswa UNSOED belum terlaksana. Kewajiban yang diemban telah dilakukan tapi apa yang menjadi haknya tidak dipenuhi. Kekecewaan muncul sejalan dengan belum adanya pernyataan mengenai kendala apa yang membuat jas almamater belum bisa diberikan. Sahnya menjadi mahasiswa dan dihadapkan dengan problematika semacam ini membuat beberapa maba membuat kelompok atau gerakan kecil yang hendak mendiskusikan dan mengkritisi sekecil apapun problematika kampus pada khusunya. ”Kawan2 2019 sudah menginisiasi, elemen dari fakultas-fakultas lain, kita sudah membuat gerakan yang meskipun itu masih lingkaran kecil , kita buat gerakan untuk mengkritik permasalahan sekecil apapun yang ada di kampus, di universitas sendiri, di skala nasional pun nanti pasti akan berkelanjutan. Jadi dari maba 2019 itu membuat forum soedirman 19 menginisiasi untuk membuat kritik besar akan rektorat ataupun birokrasi untuk menindaklanjuti atas masalah almet tersebut” ujar Karim salah satu mahasiswa baru Fakultas Peternakan.
Diskusi yang telah dilaksanakan diharapkan mampu meningkatkan kesadaran di kalangan mahasiswa khususnya agar tidak bersikap apatis atas apa yang sedang terjadi. Menurut Karim, diskusi semacam ini memberikan pengalaman serta pengetahuan yang tidak menutup kemungkinan tak didapatkan di dalam kelas. Tindak lanjut dari pelaksanaan diskusi tersebut yaitu direncanakan mengadakan diskusi terbuka kembali dengan skala yang lebih besar yaitu dengan melibatkan BEM U dan menggali kendala-kendala yang dialami pihak UNSOED sehinggaa adanya transparansi. (Elsi/Hus)