Purwokerto (26/4), mediahusbandry.com- Keluarga Besar Mahasiswa Unsoed (KBMU) yang terdiri dari Organisasi, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa, dan seluruh Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menggelar audiensi bersama pihak Rektorat terkait polemik kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI) pada hari Jumat (26/4) di Gedung Rektorat Unsoed.
Ratusan massa aksi berkumpul di Graha Adhyaksa Fakultas Hukum Unsoed pada pukul 13.00 WIB dan berjalan menuju Gedung Rektorat pada pukul 14.00 WIB. Tidak hanya membawa omong kosong belaka, melainkan ada tujuan yang harus tercapai dengan membawa sejumlah spanduk berisi bermacam tuntutan. Di antaranya, “Mahasiswa Baru Panik, UKT Semakin Mencekik, Unsoed Gagal Merakyat, dan Education Not For Sale”. Hal tersebut menjadikan Koordinator Lapangan (Korlap) audiensi melakukan orasi pada pukul 14.37 WIB di depan Gedung Rektorat Unsoed. Terdapat tiga tuntutan yang dibawakan oleh mahasiswa, yaitu pertama, penurunan kembali tarif UKT dan IPI seperti semula, kedua, tuntutan untuk mempermudah keringanan UKT 50% untuk mahasiswa akhir, dan ketiga, penyesuaian UKT yang diberlakukan setiap semester. Sekitar satu jam massa aksi melakukan orasi, pihak rektor tidak kunjung keluar untuk menemui mahasiswa, akibatnya terjadi ketegangan berupa saling dorong antara massa aksi dengan pihak keamanan internal kampus.
Menjawab tuntutan dari mahasiswa, Rektor Unsoed Akhmad Sodiq akhirnya keluar menemui massa aksi dan menjelaskan mekanisme mengapa UKT bisa naik. “Pembiayaan Perguruan Tinggi itu bisa berasal dari: kemitraan, pemerintah, masyarakat (UKT). Pembiayaan selama ini mendasarkan pada perhitungan Biaya Kuliah Tunggal (BKT) tahun 2012. Berdasarkan surat Kemendikbudristek Nomor 54/P/2024 tanggal 5 Februari 2024, bahwa ada kebijakan berkaitan dengan penyesuaian BKT. Ada prodi yang membutuhkan scientific, skill, dan pengalaman sehingga proses pembelajarannya berkaitan dengan ruang kuliah, laboratorium, bengkel, studio, maka dari itu BKT itu ada dan diberlakukan,” jelas Sodiq.
Beberapa mahasiswa baru Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) juga mengikuti dalam audiensi tersebut, mereka mengeluhkan secara langsung kepada rektor, bahwasannya terdapat kelonjakan UKT yang sangat tinggi. Salah satu mahasiswa baru Unsoed dari Fakultas Pertanian jurusan Agroteknologi, Aisyah mengatakan orangtuanya adalah seorang buruh dan pedagang dengan pendapatan 1,5 juta. “Saya kuliah disini ingin mengurangi beban orangtua tapi kena 8 juta pak dengan tanggungan keluarga sebanyak 4 orang,” jelas Aisyah.
Sempat terjadi ketegangan kembali antara massa aksi dan pihak keamanan. Aksi ini dilanjutkan kembali di dalam Gedung Rektorat, dengan sampaian aspirasi dari KBMU dan keluhan oleh mahasiswa baru jalur SNBP yang berupa ketidaksesuaian antara UKT dengan pendapatan orang tua, tambahan waktu registrasi online bagi mahasiswa baru SNBP, dan sulitnya mendapat keringanan UKT 50% bagi mahasiswa akhir. Namun, pernyataan dari birokrat tidak menjawab semua tuntutan yang diberikan. Massa aksi mengotot bahwa solusi yang ditawarkan tidak membuahkan hasil yang nyata, dengan demikian pihak mahasiswa memberikan satu solusi paling nyata, yaitu mencabut Peraturan Rektor Nomor 6 tahun 2024 meliputi UKT dan IPI. Rektor mempertimbangkan pencabutan Peraturan Rektor Nomor 6 tahun 2024 disebabkan banyak hal. Untuk menagih kepastian, massa aksi menuntut pencabutan Peraturan Rektor Nomor 6 tahun 2024 hingga hari Senin (29/04) pukul 12.00 WIB kemudian dipublikasi pada akun @unsoedofficial_1963.
Melihat aksi tak kunjung membuahkan hasil yang jelas, Fadhil Syahputra selaku korlap audiensi berbicara akan ada kegiatan aksi lanjutan “Kita akan adakan aksi lanjutan, untuk teknisnya akan dibahas saat konsolidasi. Akan ada aksi secara progresif, sampai UKT turun dengan aksi-aksi yang lain juga dengan tindakan-tindakan yang lain, bisa jadi lebih besar,” jelasnya. Amanda selaku mahasiswa baru jalur SNBP dari Fakultas Hukum jurusan Hukum berbicara tentang tanggapan rektor “Belum ada jawaban dari rektor, menurut saya jawaban beliau hanya memutar-mutar saja. Jika tidak ada kepastian hingga hari senin pada jam 12.00 WIB kami akan kembali kesini lagi, sekali lagi saya cukup kecewa,” ungkapnya. Aksi ditutup dengan pernyataan sikap dengan mengangkat jaket almamater yang dipimpin Presiden BEM Unsoed, Maulana Ihsanul Huda dengan perasaan yang sangat kecewa sekaligus menuntut hal yang sama seperti massa aksi.
Reporter: Yesi/Hus, Giri/Hus, Yoga/Hus, Ingke/Hus, Lisa/Hus, Dwi Lestari/Hus, Abian/Hus, Sheila/Hus.
Narator: Disky/Hus.
Editor: Ardian/Hus.